wattunna

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

About Me

Foto saya
"Satu hal yang dapat kita ubah adalah satu hal yang dapat kita kontrol, dan itu adalah sikap kita. Saya semakin yakin bahwa hidup adalah 10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita, dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya"

Follower

Total Tayangan Halaman

Setelah hujan, matahari akan muncul kembali. Begitu juga dengan kehidupan, setelah rasa sakit, bahagia akan datang

BESARAN PENCAHAYAAN BUATAN

untuk mengetahui besarnya cahaya yang dibutuhkan oleh mata maka diperlukan suatu besaran. besaran- besaran yang diperlukan dalam pencahayaan buatan diantaranya yaitu :
1. intensitas cahaya,
2. sudut ruang,
3. energi cahaya,
4. arus cahaya/fluks cahaya,
5. kuat penerangan dan
6. luminansi
A. intensitas cahaya
Dalam fotometri, intensitas cahaya adalah ukuran kekuatan panjang gelombang-tertimbang yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam arah tertentu per sudut kesatuan yang solid, berdasarkan fungsi luminositas, model standar dari sensitivitas mata manusia. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah candela (cd), sebuah unit dasar SI.
Fotometri berkaitan dengan pengukuran cahaya tampak seperti yang dirasakan oleh mata manusia. Mata manusia hanya dapat melihat cahaya dalam spektrum terlihat dan memiliki kepekaan yang berbeda terhadap cahaya panjang gelombang yang berbeda dalam spektrum. Ketika diadaptasi untuk kondisi terang (visi photopic), mata yang paling sensitif terhadap cahaya kuning kehijauan pada 555 nm. Cahaya dengan intensitas radiasi yang sama pada panjang gelombang lain memiliki intensitas yang lebih rendah cahaya. Kurva yang mengukur respon mata manusia terhadap cahaya adalah standar yang ditetapkan, yang dikenal sebagai fungsi luminositas. Kurva ini, dilambangkan V (λ) atau \ overline {y} (\ lambda), didasarkan pada rata-rata data eksperimen yang sangat berbeda dari para ilmuwan menggunakan teknik pengukuran yang berbeda. Misalnya, respon diukur dari mata untuk sinar ungu bervariasi dengan faktor sepuluh.
Intensitas cahaya tidak harus bingung dengan unit lain fotometrik, fluks bercahaya, yang merupakan daya keseluruhan dirasakan dipancarkan ke segala arah. Intensitas cahaya adalah kekuatan yang dirasakan setiap sudut kesatuan yang solid. Intensitas cahaya juga tidak sama dengan intensitas bercahaya, kuantitas fisik yang sesuai tujuan yang digunakan dalam ilmu pengukuran radiometri.
Intensitas cahaya monokromatik pada panjang gelombang λ adalah:
I_v= 683I\,\overline{y}(\lambda),
di mana
Iv intensitas cahaya dalam satuan Candela,
I intensitas radian dalam unit W/sr,
\overline{y}(\lambda) fungsi intesitas standar.
Intensitas cahaya total untuk semua panjang gelombang menjadi:
I_v= 683 \int^\infin_0 I(\lambda)\,\overline{y}(\lambda) d\lambda.
B. sudut ruang
sudut ruang merupakan besaran tambahan dalam sistem internasional(SI). dalam sistem international sudut ruang memiliki simbol sr dengan satuan steradian
dalam pencahayaan buatan sudut ruang memiliki simbol Δω. sudut ruang dan fluks cahaya memiliki hubungan yaitu sudut ruang berbanding lurus dengan intensitas cahaya dan fluks cahaya. persamaan itu dapat di tulis dengan persamaan:
ΔF = I Δω
Berhubung I adalah dalam candela dan Δω dalam steradian, maka:
1 lm = (1 cd)(1 sr) atau 1 cd = 1 lm/sr.
C. energi cahaya
Dalam fotometri, energi cahaya adalah energi dirasakan cahaya. Ini kadang-kadang juga disebut kuantitas cahaya.
Cahaya energi tidak sama dengan energi radiasi, kuantitas fisik yang sesuai tujuan. Hal ini karena mata manusia hanya dapat melihat cahaya dalam spektrum terlihat dan memiliki kepekaan yang berbeda terhadap cahaya panjang gelombang yang berbeda dalam spektrum. Ketika diadaptasi untuk kondisi terang (visi photopic), mata yang paling sensitif terhadap cahaya pada panjang gelombang 555 nm. Cahaya dengan kekuatan yang sama pada panjang gelombang lebih panjang atau lebih pendek memiliki energi lebih rendah bercahaya. dalam satuan internasional (SI) ewnerrgi cahaya memiliki simbol Qv dan meiliki satuan lumen second (lms).
D. arus cahaya/fluks cahaya
Fluks cahaya; besaran fluks cahaya dinotasikan dengan simbol (Φ), adalahkelompok berkas cahaya yang dipancarkan suatu sumber cahaya setiap satudetik. Fluks cahaya diukur dalam satuan lumen. Sebagai contoh lampuhalogen 500 watt/220 Volt mengeluarkan cahaya sebanyak 9500 lumen,lampu merkuri fluorescen 125 watt/220 volt mengeluarkan fluks cahayasebanyak 5800 lumen. Umumnya lampu-lampu listrik dengan ukuran watttertentu, menghasilkan jumlah fluks cahaya tertentu. Perbandingan antarajumlah fluks cahaya yang dihasilkan dan jumlah watt yang diserap rangkaianlampu disebut efficiency cahaya lampu tersebut. Sebagai contoh lampu fluorescent dengan nomor kode warna 54 memiliki efficiency 69(lumen/watt), lampu fluorescent dengan nomor kode warna 83 memilikiefficiency 96 (lumen/watt). Selanjutnya perbandingan antara fluks cahayayang dipancarkan armatur lampu dan jumlah fluks cahaya yang dipancarkanlampunya sendiri disebut light output ratio atau disingkat LOR armatur lamputersebut. Nilai LOR biasanya dicantumkan pada katalog. Jadi armatur dengannilai LOR tertentu akan memancarkan sejumlah fluks cahaya tertentu padabidang kerja.
E. kuat penerangan
kuat penerangan merupakan banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan. Jika fluks sebesar ΔF tiba pada permukaan ΔA, maka intensitas penerangan di tempat itu adalah:
E = (ΔF)/( ΔA)
Kalau permukaan A diterangi fluks F secara merata, intensitas penerangan E = F/A. Satuan E ialah lm/m2 atau luks (lx), atau lm/ft2 (1 lm/ft2 = 1 ft candle = 10,76 lx).
Kekuatan penerangan sebesar-besarnya suatu permukaan akan terjadi bila fluks cahaya jatuh secara tegak lurus permukaan, karena dalam keadaan demikian fluks maksimum tiba pada permukaan. Jika permukaan tidak tegak lurus fluks, tetapi normal permukaan membentuk sudut θ dengan arah fluks, maka tidak semua fluks akan menerangi permukaan itu melainkan:
E = Emakscos θ
Secara singkat, terangnya sumber cahaya yang kelihatan dinyatakan oleh intensitas pancaran cahaya I. suatu berkas cahaya dari sumber itu, jumlah dinyatakan oleh fluks F. suatu berkas cahaya yang pada sebuah bidang akan meneranginya; fluks yang jatuh pada satuan luas dari suatu bidang disebut iluminansi E di mana E=F/A.
Fluks cahaya yang keluar dari sumber titik isotropic tidak tergantung pada arah pandang, dan menembus permukaan bola yang berpusat pada sumber titik itu, secara tegak lurus. Intensitas penerangan pada setiap titik permukaan bola itu adalah:
E = F/A = (4πĪ)/( 4πr2)
F. iluminansi
iluminansi adalah ukuran fotometrik dari intensitas cahaya per satuan luas perjalanan cahaya dalam arah tertentu. Ini menggambarkan jumlah cahaya yang melewati atau dipancarkan dari wilayah tertentu, dan jatuh dalam sudut yang solid yang diberikan. Satuan SI untuk pencahayaan adalah candela per meter persegi (cd/m2). Sebuah istilah non-SI untuk unit yang sama adalah “nit”. Unit CGS luminance adalah stilb, yang sama dengan satu sentimeter per candela persegi atau 10 kcd/m2.
Luminance sering digunakan untuk menggambarkan emisi atau refleksi dari datar, permukaan difus. Luminance menunjukkan berapa banyak daya bercahaya akan dirasakan oleh mata melihat permukaan dari sudut pandang tertentu. Luminance demikian merupakan indikator seberapa terang permukaan akan muncul. Dalam hal ini, sudut yang solid yang menarik adalah sudut padat subtended oleh pupil mata. Luminance digunakan dalam industri video untuk menandai kecerahan display. Sebuah layar komputer khas memancarkan antara 50 dan 300 cd/m2. Matahari memiliki pencahayaan sekitar 1,6 × 109 cd/m2 di siang hari. [1]
Luminance adalah invarian dalam optik geometris. Ini berarti bahwa untuk sistem optik yang ideal, pencahayaan pada output adalah sama dengan pencahayaan masukan. Untuk nyata, pasif, sistem optik, pencahayaan output paling sama dengan input. Sebagai contoh, jika Anda membentuk gambar demagnified dengan lensa, kekuatan cahaya terkonsentrasi ke area yang lebih kecil, yang berarti bahwa penerangan lebih tinggi di gambar. Cahaya pada bidang gambar, bagaimanapun, mengisi sudut yang solid yang lebih besar sehingga pencahayaan keluar harus sama dengan asumsi tidak ada kerugian pada lensa. Gambar tidak pernah bisa “terang” daripada sumber.
rumus :
L_\mathrm{v} = \frac{\mathrm{d}^2 F}{\mathrm{d}A\,\mathrm{d}{\Omega} \cos \theta}
Lv adalah pencahayaan (cd/m2),
F adalah fluks cahaya atau kekuasaan bercahaya (lm)
\theta\, adalah sudut antara permukaan normal dan arah tertentu
A adalah luas permukaan (m2
\Omega\, adalah sudut ruang
READ MORE - BESARAN PENCAHAYAAN BUATAN
Category: 0 komentar

Relay Arus Lebih

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set).

Prinsip Kerja

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :
a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)


Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini.

Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).

Relay arus lebih waktu terbalik

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :
• Standar invers
• Very inverse
• Extreemely inverse


Gambar 3. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).

Pengaman Pada Relay Arus Lebih

Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

•Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

•Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

Gambar 4. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.
READ MORE - Relay Arus Lebih
Category: 0 komentar

Registrasi E-mail Dapatkan informasi artikel terbaru dari Dunia Listrik. Klik ikon Einstein untuk mendaftarkan alamat e-mail anda. Registrasi alamat email disini Kami tidak akan mempublikasikan alamat e-mail anda kepada pihak manapun. Dijamin ! Jika anda tidak menerima konfirmasi pendaftaran email dari feedburner. Periksa Kotak SPAM atau BULK E-mail anda. *** Terima Kasih *** Kategori Artikel Analisa Sistem Tenaga Listrik Animator dan Software Artikel dan Berita Listrik Nasional Dasar Teknik Elektro Elektronika Daya Handbook ilmu Bahan Listrik Instalasi Penerangan Mesin Listrik Sistem Kontrol Sistem Pembangkitan dan Konversi Energi Sistem Proteksi dan Pentanahan Sistem Transmisi dan Distribusi Tokoh Author HaGe Rasam Syamsudin Arif Uji Saepudin Susiono Chandra MDE Blog Sahabat Electrical Science Electrical Power 500 kV Sub-Station Inside Power Station Teori Medan Analisa STL montir listrik TIPTL SMKN1 TE-Links Lowongan Kerja Dunia HaGe Jenis-jenis Plug dan Socket Listrik

Setelah pada artikel sebelumnya di sini yang membahas mengenai peralatan listrik rumah tinggal, maka artikel kali ini akan membahas lebih detail lagi mengenai satu peralatan instalasi listrik yang digunakan, yaitu plug dan socket. Plug dan socket listrik (dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan colokan dan stop-kontak) 2 pin awalnya diciptakan oleh Harvey Hubbell dan dipatenkan pada tahun 1904. Karya Hubbell ini pun menjadi rujukan pembuatan plug dan socket setelahnya dan menjelang tahun 1915 penggunaannya semakin meluas, walaupun pada tahun-tahun 1920an peralatan rumah serta komersial masih menggunakan socket lampu jenis screw-base Edison.

Kemudian plug 3 pin diciptakan oleh Albert Büttner pada tahun 1926 dan mendapatkan hak paten dari badan paten jerman (DE 370538), karyanya tersebut dikenal dengan nama "schuko". Namun ada juga pencipta plug 3 pin ini, yaitu Philip F. Labre, semasa beliau masih menuntut ilmu di Sekolah Kejuruan Milwaukee (MSOE) dan mendapatkan hak paten dari amerika serikat pada 5 Juni 1928. Siapa pun penenmunya, penemuan plug atau colokan 3 pin ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, karena memperhatikan aspek keselamatan manusia, sehingga plug atau colokan listrik jenis ini menjadi standar dihampir semua negara sampai saat ini.

Jenis-Jenis Plug dan Socket

Jenis-jenis plug dan socket diklasifikasikan berdasarkan tegangan dan frekuensi yang digunakan pada suatu negara, sehingga dapat dikatakan hanya ada dua jenis yang berdasarkan klasifikasi ini, yaitu:
• Untuk tegangan 110-220 volt pada frekuensi 60 hz
• Untuk tegangan 220-240 volt pada frekuensi 50 hz

ada juga beberapa negara yang menggunakan plug dan socket untuk keduanya, lihat peta penggunaan tegangan dan frekuensi listrik di dunia dibawah ini. (klik gambar untuk melihat peta lebih besar lagi)


Sedangkan berdasarkan pengamannya plug dan socket diklasifikasikan menjadi:
• Tanpa pembumian, ungrounded. Biasanya untuk plug yang 2 pin, dan menurut standar IEC merupakan class-II
• Dengan pembumian, Grounded. Biasanya untuk plug yang 3 pin, dan menurut standar IEC merupakan class-I
• Dengan pembumian dan sekering, Grounded and fuse. Biasanya untuk plug yang 3 pin.



Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi diatas, maka plug dan socket setiap negara dapat berbeda-beda, dan secara umum jenis dan standar dari plug dan socket adalah:

1. Jenis A


• 2 pin dengan standar NEMA 1–15 (North American 15 A/125 V ungrounded)
plug jenis A juga dapat digunakan pada socket jenis B.

• JISC 8303, Class II (Japanese 15 A/100 V ungrounded) merupakan standar plug dan socket di jepang yang mirip dengan plug dan socket jenis A, dan juga harus lulus uji dari MITI (Ministry of International Trade and Industry) dan JIS (Japanese Industrial Standards).


2. Jenis B


• 3 pin dengan standar NEMA 5–15 (North American 15 A/125 V grounded), merupakan plug dan socket standar di amerika utara (Canada, Amerika Serikat dan Mexico), juga digunakan di Amerika tengah, Karibia, Colombia, Ecuador, Venezuela dan sebagian Brazil, Jepang, Taiwan dan Saudi Arabia

• 3 pin dengan standar NEMA 5–20 (North American 20 A/125 V grounded), digunakan untuk instalasi rumah tanggal mulai tahun 1992, dengan slot socket model T.

• JIS C 8303, Class I (Japanese 15 A/100 V grounded)

3. Jenis C

• CEE 7/16 (Europlug 2.5 A/250 V ungrounded), Plug ini biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi class II (ungrounded). Plug ini adalah salah satu plug internasional yang paling banyak digunakan karena cocok dengan soket apapun yang bisa menerima kontak 4.0 – 4.8 mm dengan jarak pisah 19 mm. Plug ini bisa digunakan di semua negara-negara Eropa kecuali Inggris dan Irlandia (karena Inggris/Irlandia punya standar tersendiri). Tapi penggunaan plug ini secara umum memang terbatas untuk penggunaan aplikasi-aplikasi Class II yang memerlukan arus di bawah 2,5 A dan unpolarized.


• CEE 7/17 (German/French 16 A/250 V ungrounded), ukurannya hampir sama dengan tipe E dan F, pada plug nya dilapisi dengan karet atau plastik. Digunakan juga di korea selatan untuk peralatan listrik yang tidak dibumikan dan di italia di kategorikan dengan Italian standard CEI 23-5


• BS 4573 (UK shaver), digunakan di Inggris untuk kegunaan alat-alat cukur atau shaver yang ada di kamar mandi. Jarak antar pin 5,08 mm dengan panjang pin 15,88 mm dan telah digunakan di inggris sejak tahun 1960an.

• Soviet plug (6 A/250 V ungrounded), hampir sama dengan French type E dan CEE7/17

4. Jenis D


• BS 546 (United Kingdom, 5 A/250 V grounded), equivalent to IA6A3 (India), rated at 6A / 250V

• BS 546 (United Kingdom, 15 A/250 V grounded), equivalent to IA16A3 (India) & SABS 164 (South Africa), rated at 16A / 250V

5. Jenis E


CEE 7/5 (French type E)

6. Jenis F


• CEE 7/4 (German "Schuko" 16 A/250 V grounded)
• Gost 7396 (Russian 10 A/250 V grounded)

7. Jenis E/F Hybrid


CEE 7/7 (French/German 16 A/250 V grounded)

8. Jenis G


BS 1363 (British 13 A/230-240 V 50 Hz grounded and fused), equivalent to IS 401 & 411 (Ireland), MS 589 (Malaysia) and SS 145 (Singapore), SASO 2203 (Saudi Arabia)

9. Jenis H


• SI 32 (Israeli 16 A/250 V grounded)
• Thai 3 pin plug TIS166-2549 (2006)

10. Jenis I


• AS/NZS 3112 (Australasian 10 A/240 V)

• CPCS-CCC (Chinese 10 A/250 V)


• IRAM 2073 (Argentinian 10 A/250 V)

11. Jenis J


SEV 1011 (Swiss 10 A/250 V)

12. Jenis K


Section 107-2-D1 (Danish 13 A/250 V earthed)

13. Jenis L

• CEI 23-16/VII (Italian 10 A/250 V and 16 A/250 V)
• CEI 23-16/VII (Italian 10 A/250 V)
• CEI 23-16/VII (Italian 16 A/250 V)

14. Jenis M
BS 546 (South African 15 A/250 V)

15. Belum Mendapatkan kategori
IEC 60906-1 (Brazilian 10 A and 20A /250 V)

Kesimpulan:
Ada 14 pola standar plug dan socket yang digunakan di seluruh dunia, baik untuk aplikasi-aplikasi Class I (grounded) maupun Class II (ungrounded), dengan rating arus berkisar 2,5 – 16 A. Standar-standar tersebut adalah standar-standar Amerika Serikat, Amerika Utara, Argentina, Australia, Daratan Eropa, Europlug, Cina, Denmark, India/Afrika Selatan, Israel, Itali, Jepang, Swiss, dan Inggris/Irlandia.
Peta dibawah akan menjelaskan mengenai Negara-negara didunia dan jenis plug & socket yang digunakan

READ MORE - Registrasi E-mail Dapatkan informasi artikel terbaru dari Dunia Listrik. Klik ikon Einstein untuk mendaftarkan alamat e-mail anda. Registrasi alamat email disini Kami tidak akan mempublikasikan alamat e-mail anda kepada pihak manapun. Dijamin ! Jika anda tidak menerima konfirmasi pendaftaran email dari feedburner. Periksa Kotak SPAM atau BULK E-mail anda. *** Terima Kasih *** Kategori Artikel Analisa Sistem Tenaga Listrik Animator dan Software Artikel dan Berita Listrik Nasional Dasar Teknik Elektro Elektronika Daya Handbook ilmu Bahan Listrik Instalasi Penerangan Mesin Listrik Sistem Kontrol Sistem Pembangkitan dan Konversi Energi Sistem Proteksi dan Pentanahan Sistem Transmisi dan Distribusi Tokoh Author HaGe Rasam Syamsudin Arif Uji Saepudin Susiono Chandra MDE Blog Sahabat Electrical Science Electrical Power 500 kV Sub-Station Inside Power Station Teori Medan Analisa STL montir listrik TIPTL SMKN1 TE-Links Lowongan Kerja Dunia HaGe Jenis-jenis Plug dan Socket Listrik
Category: 0 komentar
Pada artikel Transformator di sini, telah dibahas mengenai klasifikasi transformator dan bagian-bagian transformator, dan kemudian diikuti dengan artikel selanjutnya tentang bagian-bagian transformator dan peralatan proteksinya di sini. Rangkaian artikel mengenai transformator dilengkapi pula dengan artikel mengenai perawatan dan pemantauan kondisi transformator saat bekerja di sini.

Sedangkan artikel kali ini akan dibahas secara umum, HANYA mengenai hubungan-hubungan belitan pada transformator 3 fasa. Dan jika anda ingin mengetahui besarnya nilai tegangan, arus dan daya pada masing-masing hubungan, anda dapat membacanya pada artikel di sini.

Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (VV connection)

Konfigurasi Transformator 3 Fasa

Transformator hubungan segitiga-segitiga (delta-delta)

Gambar 1. Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga).

Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta. Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3 fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W disambungkan dengan sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.

Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta, bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder. Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator tunggal.

Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban (Load)

Transformator hubungan bintang-bintang (wye–wye)

Gambar 3. Hubungan Belitan Bintang-bintang.

Ketika transformator dihubungkan secara bintang-bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke netral). Cara untuk mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral untuk primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti ditunjukkan pada
Gambar 4. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ” tertiary”. Lilitan tertiary untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti ditunjukkan pada Gambar 5, yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer & sekunder) untuk transformator yang dihubungkan bintang-bintang.

Gambar 4. Hubungan bintang-bintang.

Gambar 5. Hubungan Bintang-bintang dengan belitan tertier.

Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye)

Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.

Gambar 6. Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)

Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30° antara tegangan saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda phasa 30° mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya sebaliknya identik.

Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran.

Gambar 8. Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor

Transformator hubungan segitiga terbuka (open-delta)

Hubungan open-delta ini untuk merubah tegangan sistem 3 fasa dengan menggunakan hanya 2 transformator yang dihubungkan secara open–delta. Rangkaian open–delta adalah identik dengan rangkaian delta–delta, kecuali bahwa satu transformer tidak ada. Bagaimanapun, hubungan open-delta jarang digunakan sebab hanya mampu dibebani sebesar 86.6% (0,577 x 3 x rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang.

Gambar 7. Hubungan Open Delta.

Sebagai contoh, jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara open–delta, kapasitas transformator bank yang terpasang adalah jelas 2x50 = 100kVA. karen terhubung open-delta, maka transformator hanya dapat dibebani 86.6 kVA sebelum transformator mulai menjadi overheat (panas berlebih). Hubungan open–delta utamanya digunakan dalam situasi darurat. Maka, jika 3 transformator dihubungkan secara delta–delta dan salah satunya rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini memungkinkan

Transformator hubungan Zig-zag

Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil-

Gambar 9. Hubungan Bintang-zigzag (Yzn5)

Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan sudut 60°.
READ MORE -

Kode Tingkat Pengaman Motor Listrik

Pada peralatan listrik umumnya terdapat “name plate” atau sebuah plat yang terdapat penjelasan mengenai karakteristik dari peralatan tersebut, seperti tegangan kerja, arus, frekuensi, tingkat isolasi dan lainnya, juga tertera simbol atau logo yang berhubungan dengan tindakan pengamanan, lihat gambar-1.

Simbol pada peralatan listrik tersebut dibagi menjadi 3 tingkatan/klas, yaitu:

• Klas I memberikan keterangan bahwa badan alat harus dihubungkan dengan pentanahan.
• Klas II menunjukkan alat dirancang dengan isolasi ganda dan aman dari tegangan sentuh.
• Klas III peralatan listrik yang menggunakan tegangan rendah yang aman, contoh mainan anak-anak.

Motor listrik bahkan dirancang oleh pabriknya dengan kemampuan tahan terhadap siraman langsung air, lihat gambar-2. Motor listrik jenis ini tepat digunakan di luar bangunan tanpa alat pelindung dan tetap bekerja normal dan tidak berpengaruh pada kinerjanya. Name plate motor dengan IP 54, yang menyatakan proteksi atas masuknya debu dan tahan masuknya air dari arah vertikal maupun horizontal. Ada motor listrik dengan proteksi ketahanan masuknya air dari arah vertikal saja gambar-3a, sehingga cairan arah dari samping tidak terlindungi. Tapi juga ada yang memiliki proteksi secara menyeluruh dari segala arah cairan gambar-3b. Perbedaan rancangan ini harus diketahui oleh teknisi karena berpengaruh pada ketahanan dan umur teknik motor, disamping harganya juga berbeda.

Simbol Indek Proteksi Alat Listrik





Kode IP (International Protection) peralatan listrik menunjukkan tingkat proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuhan langsung ke bagian yang berbahaya, dari masuknya benda asing padat dan masuknya air. Contoh IP X1 artinya angka X menyatakan tidak persyaratan proteksi dari masuknya benda asing padat. Angka 1 menyatakan proteksi tetesan air vertikal. Contoh IP 5X, angka 5 proteksi masuknya debu, angka X tidak ada proteksi masuknya air dengan efek merusak. Tabel-1 merupakan contoh simbol Indek proteksi alat listrik yang dinyatakan dengan gambar.
READ MORE - Kode Tingkat Pengaman Motor Listrik

Rangkaian Seri Dan Paralel

Dalam rangkaian elektronika terdapat banyak sekali konfigurasi rangkaian komponen-komponen elektronika, bukan sekedar rangkaian sederhana yang hanya terdiri dari sumber tegangan dan beban, tetapi lebih dari itu. Dua konfigurasi rangkaian yang paling banyak digunakan dalam rangkaian elektronika adalah seri dan paralel. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai rangkaian seri dan paralel perhatikan gambar berikut ini.
rangkaian-seri-paralel
Pada rangkaian seri, resistor disusun seperti rangkaian gerbong kereta, dimana aliran elektron mengalir hanya pada satu jalur. Pada rangkaian paralel, resistor disusun dengan menggabungkan masing-masing ujungnya menjadi satu sehingga aliran elektron dapat terbagi ke dalam beberapa jalur. Untuk mengenal karakteristik lain pada rangkaian seri dan paralel perhatikan ilustrasi berikut ini.
rangkaian-switch-seri
Pada ilustrasi rangkaian di atas, sakelar disusun secara seri, pada kondisi pertama sakelar S1 dan S2 dalam keadaan tertutup dan kondisi lampu X1 menyala. Sedangkan pada saat kondisi kedua dan ketiga yang masing-masing kondisi S1 dan S2 terbuka menyebabkan lampu X1 tidak menyala. Lalu bandingkan dengan rangkaian sakelar paralel berikut.
rangkaian-switch-paralel
Pada kondisi pertama dengan sakelar S1 dan S2 tertutup, lampu X1 menyala. Pada kondisi kedua dan ketiga yang masing-masing S1 dan S2 dalam keadaan terbuka, lampu X1 tetap menyala. Tetapi pada kondisi keempat ketika sakelar S1 dan S2 sama-sama terbuka, lampu X1 tidak menyala. Dari perbandingan kedua konfigurasi rangkaian sakelar seri dan paralel dapat ditarik kesimpulan bahwa jika salah satu saja sakelar seri terbuka menyebabkan terputus-nya aliran elektron yang menyebabkan lampu tidak menyala, sedangkan pada sakelar paralel untuk memutuskan aliran elektron harus membuat seluruh sakelar dalam keadaan terbuka.

Rangkaian Resistor Seri Dan Paralel

Untuk menghitung resistansi total pada resistor yang disusun secara seri dan paralel memerlukan suatu perhitungan matematika yang tidak terlalu sulit. Jika menghitung resistansi total pada resistor seri dapat dilakukan cara menjumlahkan secara langsung seluruh resistor yang terhubung seri sedangkan pada resistor paralel membutuhkan perhitungan khusus.
  • Untuk rangkaian resistor seri:
  • penjumlahan-resistor-seri
  • Untuk rangkaian resistor paralel:
  • penjumlahan-resistor-paralel

Contoh;

diketahui R1 = 15Ω, R2 = 100Ω, dan R3 = 47Ω, berapakah nilai RTotal jika disusun seri dan RTotal jika disusun paralel?
Rtotal seri:
  • RTotal = R1 + R2 + R3
  • RTotal= 15 + 100 + 47
  • RTotal= 162Ω
Rtotal paralel:
  • RTotal= 1 / {(1/R1)+(1/R2)+(1/R3)}
  • RTotal= 1 / {(1/15)+(1/100)+(1/47)}
  • RTotal= 10.2Ω

Rangkaian Kapasitor Seri Dan Paralel

Perhitungan kapasitansi total pada suatu rangkaian kapasitor seri dan paralel hampir sama dengan perhitungan pada rangkaian resistor. Tetapi pada kapasitor, perhitungan untuk rangkaian seri menggunakan persamaan yang digunakan pada rangkaian resistor paralel. Pada rangkaian kapasitor paralel, kapasitansi total dihitung dengan menjumlahkan semua nilai kapasitansi kapasitor yang terhubung paralel, atau sama dengan menghitung resistansi total pada rangkaian resistor seri.
  • Untuk rangkaian kapasitor seri
  • penjumlahan-capacitor-seri
  • Untuk rangkaian kapasitor paralel
  • penjumlahan-capacitor-paralel
READ MORE - Rangkaian Seri Dan Paralel
Category: 0 komentar

cursor